Cari Blog Ini

Minggu, 09 Oktober 2011

Dasar-dasar Psikologi Konseling Pendekatan Psikoanalitik


Dasar-dasar Psikologi Konseling Pendekatan Psikoanalitik
Pandangan tentang manusia
Tiga aliran utama psikologi adalah psikoanalitik, yang dikemukakan oleh Sigmund Freud, yang kedua adalah behaviorisme, dan yang ketiga adalah psikologi eksistensial-humanistik.
Psikoanalitik adalah sebuah model perkembangan kepribadian, filsafat tentang sifat manusia, dan metode terapinya.
Sumbangan dari teori psikoanalitik tentang pandangan manusia :
  1. Kehidupan mental individu menjadi bisa dipahami dan pemahaman tentang sifat manusia pada peredaran penderitaan manusia.
  2. Tingkah laku sering ditentukan oleh faktor-faktor tak sadar.
  3. Perkembangan masa dini kanak-kanak berpengaruh kuat terhadap kepribadian masa dewasa.
  4. Teori psikoanalitik menyediakan kerangka kerja untuk memahami cara yang digunakan individu dalam mengatasi kecemasan dengan mengandaikan adanya mekanisme untuk menghindari kecemasan.
  5. Pendekatan psikoanalitik memberikan cara mencari keterangan dari ketaksadaran melalui analisis atas mimpi, resistensi, dan transferensi.
Konsep – konsep utama struktur kepribadian
Menurut teori psikoanalitik, struktur kepribadian terdiri dari tiga sistem, suatu kesatuan yang saling berhubungan :
  1. Id
Id adalah komponen biologis, bersifat tak sadar, tak logis, amoral, dan didorong oleh satu kepentingan, memuaskan kebutuhan naluriah sesuai asas kesenangan. Id merupakan sistem kepribadian yang orisinil, kepribadian tiap orang hanya terdiri dari id ketika dilahirkan.
  1. Ego
Ego adalah komponen psikologis dan memiliki kontak dengan dunia eksternal dari kenyataan. Ego mengendalikan kesadaran, berlaku realitas, dan berpikir logis serta merumuskan rencana tindakan bagi pemuasan kebutuhan. Ego adalah tempat bersemayam intelegensi dan rasionalitas yang mengawasi dan mengendalikan id.
  1. Superego
Superego adalah cabang moral dan hukum dari kepribadian yang membedakan apakah suatu tindakan baik atau buruk, benar atau salah. Superego merepresentasikan hal yang ideal dan mendorong kepada kesempurnaan. Superego berkaitan dengan imbalan – imbalan, contohnya perasaan bangga dan mencintai diri, dan hukuman – hukuman, contohnya perasaan berdosa dan rendah diri.
Pandangan tentang sifat manusia
Pandangan freudian tentang sifat manusia adalah pesimistik, deterministik, mekanistik, dan reduksionistik. Manusia dideterminasi oleh kekuatan rasional, motivasi tak sadar, dorongan biologis dan naluriah karena peristiwa psikoseksual yang terjadi pada lima tahun pertama kehidupan. Menurut pandangan freudian ortodoks, dinamika kepribadian terdiri dari cara energi dibagikan kepada id, ego, dan superego. Karena energi psikis terbatas, maka suatu sistem menguasai energi tersedia dan mengorbankan yang lain. Freud juga menekankan peran naluri – naluri, yang bersifat bawaan dan biologis.
Freud menekankan naluri-naluri seksual dan impuls-impuls agresif.ia melihat tingkah laku sebagai determinasi oleh hasrat memperoleh kesenangan dan menghindari kesakitan.
Manusia memiliki naluri-naluri kehidupan maupun naluri-naluri kematian.
Menurut Freud segenap kehidupan adalah kematian, kehidupan tidak lain adalah jalan melingkar kearah kematian.
Kesadaran dan Ketaksadaran
Konsep tentang kesadaran dan ketaksadaran merupakan kunci-kunci untuk memahami tingkah laku dan masalah-masalah kepribadian.
Ketaksadaran tak bisa dipelajari secara langsung hanya dapat dipelajari dari tingkah laku.
Pembuktian kelinis guna membuktikan konsep ketaksadaran mencakup :
  1. Mimpi-mimpi yang merupakan reprentasi-reprentasi simbolik dari kebutuhan-kebutuhan, hasrat-hasrat, dan konflik diluar tak sadar.
  2. Salah ucap atau lupa, misalnya terhadap nama yang dikenal
  3. Sugesti-sugesti pascahipnotik
  4. Bahan-bahan yang berasal dari teknik-teknik asosiasi bebas
  5. Bahan-bahan yang berasal dari teknik-teknik proyektif
Bagi Freud kesadaran merupakan bagian terkecil dari keseluruhan jiwa.seperti gunung es yang mengapung yang bagian terbesarnya barada di bawah permukaan air.
Ketaksadaran itu menyimpan pengalaman-pengalaman, ingatan-ingatan, dan bahan-bahan yang direpresi.
Kebutuhan-kebutuhan dan motivasi-motivasi yang tak bisa dicapai, yakni terletak di luar kesadaran juga berada di luar daerah kendali.
Oleh karena itu sasaran terapi opsikoanalitik adalah membuat motif-mtif tak sadar menjadi disadari.
Proses-proses tak sadar adalah akar segenap gejala dan tingkah laku neurotik.
Dari perspektip ini “penyembuhan” adalah upaya menyingkap makna gejala-gejala, sebab-sebab tingkah laku, dan bahan-bahan yang direpresi yang merintangi fungsi psikologis yang sehat.
Kecemasan
Pandangan psikianalitik tentang sifat manusia adalah memahami konsep kecemasan. Kecemasan adalah suatu keadaan tentang yang memotivasi kita untuk berbuat sesuatu.
Fungsinya adalah memperingatkan adanya bahaya ancaman yakni sinyal bagi ego yang akan terus meningkat jika tindakan-tindakan yang layak untuk mengatasi ancaman bahaya itu tidak diambil.
Apabila tak bisa mengendalikan kecemasan melalui cara-cara yang rasional dan langsung, maka ego akan menandalkan cara-cara yang tidak realistis, yakni tingkah laku yang berorientasi pada pertahanan ego.
Ada tiga macam kecemasan : kecemasan realistis, kecemasan neorotik, dan kecemasan moral.
Kecemasan realistis adalah ketakutan terhadap bahaya dari dunia external dan taraf  kecemasanya sesuai dengan derajat ancaman yang ada.
Kecemasan neoritik adalah ketakutan terhadap tidak terkendalinya naluri-naluri yang menyebabkan seseorang melakukan sesuatu tindakan yang bisa mendatangkan hukuman bagi hati nurani sendiri.
Orang yang hati nuraninya berkembang baik cenderung merasa berdosa apabila dia melakukan sesuatu yang berlawanan dengan kode moral yang dimilikinya.
Mekanisme-mekanisme pertahanan ego
Apabila ada konselor menangani resisten-resisten dan pertahanan-pertahanan, maka pemahaman atas sifat dan fungsi pertahanan ego menjadi penting.
Mekanisme pertahanan ego itu membantu individu mengatasi kecemasan dan mencegah terkulanya ego.
Pertahanan ego itu tidak selalu patologis dan bisa memiliki nilai penyesuaian jika tidak menjadi suatu gaya hidup untuk menghindari kenyataan.
Pertahanan ego digunakan individu bergantung pada taraf perkembangan dan derajat kecemasan yang dialaminya.
Mekanisme pertahanan sama-sama memiliki dua cirri :
Menyangkal atas mendistorsi kenyataan.
Bentuk – bentuk mekanisme pertahanan ego:
Penyangkalan:
Pertahanan melawan kecemasan dengan “menutup mata” terhadap keberadaan kenyataan yang mengancam. Individu menolak sejumlah aspek kenyataan yang membangkitkan kecemasan.
Kecemasan atas orang yang dicintai, misalnya sering dimanifestasikan oleh penyangkalan terhadap fakta kematian.
Proyeksi:
Mengalamatkan sifat – sifat tertentu yang tidak bias diterima oleh ego kepada orang lain. Misalnya ia mengutuk orang yang berbuat jahat dan menyangkal bahwa ia mempunyai sifat jahai itu.
Fiksasi:
Menjadi  “terpaku”  pada tahap – tahap pengembangan yang lebih awal karena menggambil langkah ke tahap selanjutnya bias menimbulkan kecemasan.
Regresi:
Melangkah mundur ke fase perkembangan yang lebih awal yang tuntutanya tidak terlalu besar.
Rasionalisasi:
Menciptakan alas an – alas an yang “baik” guna menghindarkan ego dari cedera. Memalsukan diri sehinga menyatakaan yang mengecewakan menjadi tidak begitu menyakitkan. Misal : orang yang ditingal  pacarnya.
Sublimasi:
Menggunakan jalan keluar yang lebih tinggi atau secara sosial lebih dapat diterima bagi dorongan – doronganya. Contohnya dorongan agresife yang ada pada seseorang bias disalurkan dalam aktifitas olah raga.
Displacement:
Mengarahkan energi kepada objek atau orang lain apabila objek asal atau orang yang sesungguhnya tidak bisa dijangkau.  Misalnya seorang anak ingin menendang orang tuanya kemudian menendang adiknya atau kucing.
Represi:
Melupakan isi kesadaran yang traumatis atau bias membangkitkan kecemasan ; mendorong kenyataan yang tidak bias diterima kepada ketak sadaran, atau menjadi tak menyadari hal – hal yang menyakitkan.
Apa itu eksistensialisme ?
Eksistensialisme adalah filsafat manusia yang melihat manusia sebagai suatu ADA DI DUNIA (= in-der-welt-sein), manusia dipandang sebagai suatu ADA PADA DUNIA (= etre-au-monde). Manusia tidak terpisahkan dari dunia, ia merupakan suatu struktur pada dunia dengan fungsi memberi  arti kepada dunia itu. Apakah arti dunia tanpa manusia ? Manusia mengartikan dunia dan dengan demikian dapat menggunakannya atau menyalah gunakanya.
Ia megerti dirinya sendiri dan mengerti manusia lain, ia bisa mamahami alam sekitarnya serta manfaat dari alam sekitarnya itu. Berkat pengertiannya itu ia bisa melihat dunia itu sebagai kawan yang
Bisa membahagiakanya atau sebagai lawan yang dapat membinasahkannya, begitulah dunia itu dihadapinya.
Manusia yang ada di-dunia  itu adalah konkrit. Dan manusia konkrit itu  ialah yang ADA-DI-SINI dan SEKARANG (-here and now).
Pada manusiayang penuh  kemalangan atau misere didunia itu MELAKAT struktur –struktur menyedihkan yang oleh Martin Herdegger number segala macam masalah dan merupakn pokok malapetaka manusiawi.  Filsuf eksistensialis Ludwig Binswanger memandang dunia, manusia itu dari tiga aspek yang disebutnya DUNIA-SENDIRI (= Eigonwelt), DUNIA-SESAMA = Mitwelt) dan DUNIA-SEKITAR (= Umwelt).
Dalam dunia sendiri manusia sering menghidupi kemuakan, kesepian, ketelemparan, situasi batas, kesedihan, kebodohan, keputusaan, menghadapi dunia sesama manusia mengalami paksaan, teror, intimidasi, perkosaan, penghinaan, pengobyekan, dunia sekitarnya melahirkan perang, kelaparan, kemiskinaan bencana alam.
Semua hal dalam dunia manusia itu membuat manusia itu sendiri BERMASALAH; dan sering-sering ia tidak tahu bagaimana mengatasinya. Maka lahirlah dunia konseling, termasuk konseling eksistensial.

0 komentar:

Posting Komentar